Mata Kuliah : Psikologi Olahraga
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat
tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Dalam kehidupan banyak
sekali permasalahan, dalam berita-berita banyak dikabarkan orang masuk bui
hanya karena tidak dapat menahan emosi. Pemukulan, adu fisik dan bahkan pembunuhan. Tidak
jarang kita juga mendengarkan berita-berita yang beredar dalam dunia olahraga
tentang tawuran antar pemain sepakbola, pemukulan terhadap wasit sehingga insan
olahraga yang seharusnya menjunjung rasa sportifitas yang tinggi harus menerima
sangsi hingga larangan untuk bermain. Alangkah
sayangnnya permasalah itu timbul hanya karena masalah sepele dan emosi yang
meluap-luap.
Beberapa kejadian buruk
diakibatkan karena emosi, sungguhnya emosi sendiri itu apa? Apa
dampak positif dan negatif emosi dalam dunia olahraga? Dan bagaimna cara
melakukan pengelolaan emosi untuk mampu meraih sebuah prestasi? Untuk
memperjelas pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul itu dalam makalah
ini akan dibahas lebih
lanjut pada bab berikut tentang apa definisi emosi, dampak emosi dalam olahraga dan
bagaimana pengelolaan emosi itu.
1.2 Rumusan
Masalah
Untuk mempermudah dalam
pembahasan nanti maka perlu dirumuskan terlebih
dahulu masalah-masalah pokok yang akan dibahas kemudian. Adapun
rumusan masalah yang akan diangkat dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan emosi?
2. Apa
pengaruh-pengaruh positif dan negatif dari emosi dalam kegiatan olahraga?
3. Bagaimana
pengendalian emosi untuk meraih prestasi?
1.3 Tujuan
Sebagaimana
kegiatan-kegiatan laporan yang lain, laporan ini memiliki tujuan-tujuan
tertentu yang ingin dicapai. Dengan tujuan-tujuan tersebut maka hasil laporan
akan lebih terarah dan lebih sistematis. Dalam laporan ini, penulis ingin
mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahuiapa yang dimaksud dengan emosi.
2. Untuk
mengetahui pengaruh-pengaruh positif dan negatif emosi dalam olahraga.
3. Untuk
mengetahui bagaimana pengendalian emosi dalam meraih prestasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Emosi
Kata emosi berasal dari
bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan
bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel
Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.
Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat
tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan
perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu
aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator
perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku
intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang
definisi emosi adalah suatu tindakan/respon dari rangsangan luar dimana keadaan
fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.
Beberapa tokoh
mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut
Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow
(sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB
Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan),
Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan
beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu
a Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihi diri, putus asa.
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan
takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang,
senang, terhibur, bangga.
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih.
f. Terkejut : terkesiap, terkejut.
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka.
h. Malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah
diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu
untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam
the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan,
karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan
emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan
memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan
hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal
itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai
emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara
mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman,
2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan
mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan
pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki
kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan
hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu
tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis
dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang
2.2 Pengaruh
Positif dan Negatif dari Emosi
A. Sifat
dan Fungsi Emosi
Menurut beberapa ahli sifat dan fungsi emosi
antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1. Emosi
memegang peranan penting bagi kehidupan sehat, ekspresi diri, kepemimpinan, dan
perkembangan nilai-nilai.
2. Emosi
memperkaya dan mengisi arti kehidupan bagiindividu. Tetapi kalau emosi terlalu
menguasai individu akan berakibat tampaknya tingkah laku yang irrasional, yang
akan menyebabkan penganalisaan yang tidak teliti.
3. Emosi
mempengaruhi cara kerja kelenjar-kelenjar yang akibatnya seluruh pribadi dapat
terpengaruh baik yang menyangkut cara-cara berfikir, bertindak dalam mengambil suatu
keputusan, dan juga sikap mental.
4. Emosi
dapat dirasakan tanpa diketahui dimana tempatnya.
Kalau kita pelajari fungsi dan sifat emosi
tersebut di atas, maka tidak mengherankan kalau tindakan seseorang itu juga
diwarnai oleh emosi di samping oleh pertimbangan-pertimbangan pikir dan
akalnya. Yang menjadi persoalan sekarang adalah sampai beberpa jauh emosi itu
dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif dan negtif ?
B. Dampak
positif emosi
Dampak
positif emosi ini sangat tergantung kepada pribadi dan pengalaman-pengalaman
seseorang. Pengalaman akan banyak mempengaruhi perkembangan emosi baik yang
bersifat memupuk, menghambat, dan mematikan. Semakain banyak pengalaman
seseorang didasari oleh pengertian dan kemauan untuk mempelajari pengalaman-pengalaman
yang dialami. Jelas akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
tindakan-tindakan berikutnya, mereka akan lebih mampu mengendalikan emosi dalam
batas-batas yang diinginkan. Mereka akan dapat memanfaatkan dorongan emosi
tanpa menggangu pelaksanaan suatu tindakan. Begitu pula dalam dunia olahraga,
pengendalian emosi sangat menentukan dalam pencapaian prestasi.Di dalam dunia
olahraga cukup banyak rangsangan-rangsangan yang dapat memacu perkembangan
emosi.
Sarat mutlak tergeraknya emosi adalah adanya
rangsangan.Sedangkan rangsangan-rangsangan dapat menimbulkan emosi kalau
rangasangan dapat menggerakkan dorongan-dorongan individu.Beberapa jauh efek
rangsangan tersebut terhadap emosi sangat tergantung paa sifat dan tempramen
serta keadaan individu itu sendiri, di samping juga bergantung pada keteraturan
dan kekuatan rangsangan yang memacu emosi tersebut.Pengertian dan pengalaman
terhadap situasi sesaat ikut menentukan pula.
Di dalam kegiatan olahraga, pengalaman
bertanding sangat menentukan bagi perkembangan emosi.Dengan bertanding olahraga
para olahragawan selalu dapat rangsangan-rangsangan emosi yangb beraneka ragam,
baik yang datang dari penonton, lawan bertanding ataupun wasit, dan sebagainya.
Kadang rangsangan-rangsangan ini terlalu kuat bagi olahragawan yang lain.
Adalah paling baik apabila rangsangan tersebut mampu merangsang emosi
setinggi-tingginya tanpa menimbulkan gejala-gejala over stimulus, sehingga
olahragawan tersebut dapat bertindak dengan semangat yang tinngi tanpa
kehilangan pertimbangan pemikiran dan akalnya.Hal inilah yang harus diusahakan
oleh seorang pelatih meskipun agak sulit. Kepekaan emosi tidaklah sama. Setiap
olahragawan mempunyai kepekaan emosi yang berbeda-beda tergantung pada kekayaan
pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat dan masih banyak
lagi hal-hal yang ikut mempengaruhinya.
C. Dampak
negatif
Dalam kondisi-kondisi tertentu dalam suatu
pertandingan atau perlombaan dalam olahraga seperti rasa lelah, ejekan
penonton, angka lawan di atas kita dan lainya. Mungkin olahragawan akan mudah
sekali menjadi tersinggung, marah-marah, kesal, dan tidak bisa berfikir lagi
dengan tenang. Akhirnya tindakan-tindakannya didominasi oleh emosi kemarahannya
dibandingankan dengan pertimbangan-pertimbangan akal dan pikirannya. Emosi yang
dapat memberikan pengaruh-pengaruh negatif dalam olahraga antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Gelisah
Gelisa adalah gejala
takut atau dapat pula dikatakan saraf takut yang masih ringan. Biasanya rasa
gelisah ini terjadi pada saat-saat menjelang pertandingan akan dimulai. Rasa
gelisah akan terjadi apabila seseorang itu belum mengalami apa yang akan
dilakukanya atau dapat pula terjadi oleh misalnya ketidak mampuan terhadap apa
saja yang akan dikerjakan atau mungkin adanya rasa “sentiment”, kebingungan
atau ketidak pastian. Rasa gelisa akan berubah menjadi menggembirakan manakala
penyebab rasa gelisah (pertandingan akan dimainkan) tertunda
pelaksanaannya.
Bagaimana cara untuk
menghindari atau mengurangi timbulnya kegelisahan? Cara yang baik adalah dengan
jalan merasionalisasi emosi, yaitu segala hal yang negative dianggap positif.
Hal-hal demikian dapat dilatihkan, yaitu dengan membiasakan untuk:
1. Merumuskan persoalan-persoalan yang sebenarnya merupakan
sebab kegelisahan secara jelas.
2. Memperhitungkan segala kemungkinan yang menjadi akibatnya
sejak yang paling ringan sampai pada yang paling berat atau paling jelek.
3. Membuat persiapan untuk menghadapi setiap kemungkinan
yang biasanya terjadidengan segala rumus pemecahanya baik oleh diri sendiri
maupun dengan orang lain.
4. Menghadapi persoalan-persoalan dengan rasa siap dan tabah
dan serta percaya pada kemampuan diri sendiri.
Dengan cara-cara
tersebut di atas dapat diharapkan kegelisahan yang menjangkiti para olahragawan
sedikit demi sedikit bisa dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan.
b. Takut
Hampir semua orang
mempunyai pengalaman-pengalaman yang menentukan. Takut biasanya berakar pada
pengalaman sebelumnya atau pada masa-masa lampau yang pengaruhnya pada tingkah laku dan kepribadian seseorang yang
membekas sepanjang hidupnya. Takut banyak macam-macamnya, misalnya
takut pada binatang, takut sendirian takut jika berada di depan orang banyak,
takut pada timbulnya cidera dan sebagainya.
kegelishan yang menjngkit
pada atlit dapat berubah menjadi ketakutan apabila tidak mendapat penyelesaian yang sebaik-baiknya.
Rasa takut dapat member pengaruh yang negative atau positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Dlam batas-batas yang masih normal rasa takut
akan member pengruh yang positif, karena dengan rasa takut tersebut seseorang
akan lebih berhati-hati terhadap apa yang ditakutinya, misalnya saja dia jadi
lebih siap atau sebaiknya mungkin dia lebih baik menghindari.
Rasa takut lebih baik
jangan dihindari sama sekali, tetapi dikendalikan.misalnya seorang atlit
yangtidak memiliki ketakutan terhadap kekalahap keklahan dalam pertandingan
yang akan diikuti. Ia akan berbuat apa yang dikehenakiny, akhirnya ia akan
tersesat oleh perasaan “kalah ya biar”.usaha yang kira-kira dirasa terlalu
berat untuk meraih keunggulan nilai, cenderung untuk tidak dilaksanakan, karena
dipandang terlalu menghabiskan tenaga disamping juga sikap berhati-hati juga
menjadi berkurang. Konsentrasi menjadi buyar dan usaha-usaha untuk mencari
kelemahan- kelemahan lawan tidak ada lagi.
Contoh lain dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang anak yang sama sekali tidak takut jatuh dari
pohon, maka sikap hati-hati waktu memanjat pohon akan berurang kalau
dibandingkan dengan anak-anak yang takut jatuh. Begitu pula anak yang tidk
takut jatuh dri sepeda motor, akan lebih berani dan terlalu berani sewaktu
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi yang kadang-kadang tidak
memikirkan kemungkinan adadanya kecelakaan yang dapat ditimbulkan akaibat
perbuatannya.
Rasa takut juga tidak
boleh ditanamkan sehingga menyebabkan orang sama sekali tidak berani mengambil
resiko, akhirnya orang tersebut terlalu berhati-hati, terlalu banyak
perhitungan yang kadang-kadang yang tidak diperlukan.akibatnya orang tersebut
tidak pernah mau mencoba dan berusaha untuk mengatasi ketakutannya yang timbul.
Yang paling baik adalah
kalau takut dikendalikan, artinya tidak ditahan, tetapi juga tidak dihilangkan
sama sekali. Hal ini memang sulit sampai seberapa jauh takut itu harus
dikendalikan, karena kalau salah cepat menjadi hobi.
Dalam dunia olahraga
rasa takut kalah di dalam batas-batas normal adalah baik, karena dengan
demikian seseorang akan mempersiapkan diri untuk menghindari kekalahan. Melatih
diri, berusaha mencari kelemahan-kelemahan lawan, penghematan tenaga /
penghematan penghamburan tenaga yang tidak perlu dan sebagainya. Jadi
sekali-sekali jangan menartikan pengendalian rasa takut sama dengan menanamkan
rasa takut.
Menurut beberapa
pendapat yang dikumpulkan oleh Reuben B. Frost dari Springfield College
mengenai bagaimana harus/menangani masalah takut ini, antara lain diajukan
beberapa pendapat sebagai berikut:
1. Mencoba menemukan dan memahami sebab-sebab terjadi rasa
takut.
2. Mendekati dan mengenali situasi yang di takuti secara
sedikit demi sedikit.
3. Mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang ditakuti
dengan membuat perencanaan yang pasti dan taktik yang tepat guna.
4. Menguji dan menganalisa alasan-alasan mengapa sampai
terjadi ketakutan. Menolong mencarikan sebab-sebab timbulnya
kesulitan-kesulitan yang ditakuti (adakah pengaruh kecelakaan yang dulu-dulu
atau memang belum mengenal problimnya).
5. Menanamkan keakraban antara anggota group dan rasa saling
percaya antara anggota (berdiskusi bersama-sama, ngomong-ngomong, menyanyi
bersama, dsb.)
6. Memberikan sugesti bahwa orang-orang yang banyak
pengalaman akan selalu memberikan pertolongan kepada yang muda-muda.
7. Meningkatkan kekuatan dan ketrampilan (skill).
8. Kerjakan sesuatu yang dapat menghilangkan rasa takut.
9. Kebanyakan rasa takut akan lenyap pada waktu
kegiatan-kegiatan yang ditakutkan itu telah mulai dilakukan.
c. Marah
Marah adalah emosi yang
sering timbul juga dalam dunia olahraga, dan marah ini pernyataanya selalu
dijunjukan pada benda-benda atau orang-orang di sekitarnya dalam bentuk-bentuk
yang bersifat agresif dan spontan.
Manifestasi marah
bentuknya bermacam-macam bergantung pada taraf pendidikan, kebisaan, umur, dan
sebagainya. Marah juga dapat menimbulkan tenaga yang luar biasa yang tidak
mungkin dapat diperbuat oleh orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu
pada saat-saat dia tak marah.
Karena marah juga
termasuk emosi, maka seseorang yang sedang marah sudah jelas akan kehilangan
pertimbangan-pertimbangan akalnya sehingga orang yang sedang marah itu tidak
mungkin lagi untuk mengerjakan hal-hal yang rumit yang membutuhkan ketelitian.
Begitu pula dalam kehidupan berolahraga, terutama dalam
pertandingan-pertandingan, banyak sekali rangsangan-rangsangan yang memancing
kemarahan para olahragawan yang sedang bertanding, sehingga mengakibatkan
tindakan-tindakan bagi yang sedang marah itu menjadi lebih agresif, spontan,
kurang perhitungan sehingga ketelitiannya juga berkurang. Karena ketelitiannya
hanya menyalurka kemarahan untuk hal-hal yang dapat mencelakakan atau
merugikanlawannya. Misalnya saja kalau dalam bermain bola volley keinginannya
juga hanya bermain keras saja artinya dia ingin men-smash bola
sekeras-kerasnya, syukur-syukur kalau tangan yang men-block itu cidera karena
akibat dari kerasnya smash yang dilakukan, misalnya jari tangan lawan itu dapat
tergilir atau sobek. Dia tidak lagi ingin placing bola kearah tempat-tempat
yang kosong. Makin dia gagal makin bertambah marahnya. Selama dia belum merasa
puas dalam meyalurkan kemarahannya, selama itu pula tindakan-tindakannya atau
usaha-usaha hanya akan lebih banyak dikendalikan emosi amarahnya dan jauh dari
pertandingan akalnya.
Karena sifat marah
memerlukan spontanitas dan ditunjukkan dalam bentuk-bentuk agresifitas, maka
jalan paling baik adalah jika atlit-atlit tersebut dapat dapat menghambat
spontanitasnya dan mengurangi sikap agresifitasnya. Artinya menanggapi
kemarahan itu dengan sikap-sikap yang baik atau positif. Kalau dalam olahraga
yang ada time-out, lebih baik diambil time-out terlebih dahulu agar spontanitas
kemarahan itu tertunda pelaksanaanya. Meskipun hanya beberapa detik, biasanya
sudah cukup untuk mengurangi derajat kemarahannya. Kadang-kadang seseorang yang
marah dapat mengatasi kemarahanya dengan cara mengambil nafas dalam-dalam
beberapa kali dengan menghitung sampai beberapa puluh atau menghadapi kemarahan
itu dengan senyum untuk mengurangi kemarahan tersebut.
Dalam
pertandingan-pertandingan adalah sukar untuk dapat menghilangkan sumber darai
kemarahan, sebab dalam dunia olahraga kadang-kadang memancing kemarahan lawan
adalah disengaja dengan harapan kalau lawan itu sudah tidak sadar lagi,
akibatnya dia ingin tetapi main keras yang dapat mengakibatkan banyaknya energy
yang harus dikeluarkan sehingga pada suatu saat dia kehabisan tenaga dapat
dengan mudah untuk dikalahkan.hal-hal seperti diatas harus disadari ,
dimengerti dan disadari oleh para olahragawan, jangan sampai dia kena pancing
siasat lawan untuk menjadi marah. Ingat marah memang dapat menimbulkan tenaga
yang luar biasa, tetapi jangan sampai mengakibatkan hilangnya pertimbangan akal
dalam menyalurkan timbulnya tenaga tersebut.
Manfaat tenaga itu untuk
usaha-usaha yang produktif. Untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang dapat
ditimbulkan oleh kemarahan perlu dicari bagaimana jalan meredahkan kemarahan
yang terjadi. Hal ini dapat diusahakan antara lain dengan cara:
1. Menghambat spontanitas tindakan kemarahan
2. Mengurangi agresifitas tindakan kemarahan.
3. Menanggapi kemarahan dengan tindakan-tindakan atau usaha
yang positif.
4. Melupakan atau menghilangkan/menghindari sumber
kemarahan.
2.3 Pengendalian
Emosi kunci Meraih Prestasi
Anthony Dio Martin
penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book Emotional Power
(2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi,
aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling berhubungan satu
dengan yang lain.
Seringkali kita
menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita.
Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta,
antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon
kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita.
Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence,
mendivinisikan emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya,
suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Sedangkan Anthony Robbins dalam Awaken the Giant Within menunjuk
emosi sebagai sinyal untuk melakukan suatu tindakan.
Di sini ia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekadar
respon, tetapi justru sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada
unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita
miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena
kejadian yang terjadi pada kita. Padahal sesungguhnya kemampuan kita dalam
mengendalikan dan mengelola emosi kita merupakan faktor penentu penting
keberhasilan atau kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Sejak diperkenalkan
Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence - EQ) oleh Daniel Goleman pada 1995
tersebut, perhatian masyarakat mulai beralih dari kecerdasan intelektual (IQ)
semata kepada kecerdasan emosional. Dan tahukah anda bahwa kesuksesan seseorang
itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ.
Emosinya merupakan
sumber kekuatan yang sangat dahsyat maka sebenarnya kelemahannya merupakan
kekuatannya, tentu dengan catatan jika dia dapat mengelolanya dengan baik.
Lantas timbul satu
pertanyaan, bagaimana mengelola emosi? Dr. Patricia Patton dalam bukunya
Emotional Quotient mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi adalah dengan
cara belajar.
1. Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu
emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan.
2. Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di
sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan
pengaruh pada diri kita.
3. Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan
kita.
4. Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu
secara maksimal untuk menyelesaikan masalah.
5. Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
Kelima hal inilah yang apabila kita pelajari akan memudahkan diri kita dalam
menjalin hubungan dengan orang lain.
Dengan kelima hal inilah
maka dengan mudah kita mampu mengendalikan emosi itu. Kita mampu mengelola
emosi itu sehingga bisa kita endapkan dalam hati. Jika kita mampu mengelolanya
maka jadilah emosi itu sebagai energi untuk memajukan diri. Contohnya, seorang
Peter Gade yang mampu mengelola emosinya, menggunakan semangat dari kemarahan
karena sering disepelekan karena usianya yang sudah tua) menjadi pemicunya
dalam mengejar prestasi sehingga dia bisa membuktikan kalau dia bukan si
pecundang tua yang dapat disepelekan dalam TUC kemarin.
Tetapi yang tak boleh
dilupakan, sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa menghindarkan diri untuk
berinteraksi dengan manusia yang lain, dalam hal ini dengan kemampuan
menggunakan emosi sebagai pembawa informasi, kita bisa melihat sisi, kadar
intensitas emosi orang lain yang muncul dari komunikasi non-formalnya, berupa
ekspresi, tekanan nada suara, gerakan ataupun bahasa tubuh yang dipakainya.
Jika kita mampu membaca bahasa-bahasa itu maka bisa diupayakan tindakan kontra
reaksi dari emosi orang tersebut.
Umpamanya, jika kita
lihat ada gejala mitra atau lawan bicara kita kurang suka, maka kita antisipasi
dengan dengan berbicara yang bersifat menetralkan perasaan orang tersebut.
Setelah kita pahami masalah emosi diri maupun emosi orang lain, maka secara
mudah kita menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Sehingga
diharapkan muncul pribadi yang menyenangkan. Seseorang yang memiliki kecerdasan
emosi yang baik akan peka terhadap situasi apapun yang sedang terjadi,
serhingga dengan mudah menyiapkan strategi kontra situasi terhadap suatu
konflik yang ada.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak. Emosi dapat diartikan
sebagai suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan
fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana
hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih
mendorong seseorang berperilaku menangis.
Pengaruh posifif dari emosi adalah memiliki
semangat yang tinggi, energi lebih untuk beraktifitas dan motivasi diri.Semua
hal tersebut sangat berpengaruh tergantung pada kekayaan pengalaman,
pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat.Pengaruh negatif dari emosi
adalah gelisah, takut, dan marah.
Anthony Dio Martin penulis buku Emotional Quality
Managament (2003) dan Audio Book Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa
kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan
penting, karena manusia saling berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut Daniel Goleman pada 1995 mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang itu 80% ditentukan oleh
EQ ketimbang IQ. Adapun cara untuk mengelola emosi
adalah sebagai berikut :
1. Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu
emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan.
2. Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di
sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan
pengaruh pada diri kita.
3. Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan
kita.
4. Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu
secara maksimal untuk menyelesaikan masalah.
5. Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
Saran
Emosi dapat diartikan sebagai suatu
tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis
dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.Bagi para olahragawan harus
memiliki kekayaan pengalam, pengertian dan pengetahuan yang baik agar emosi
dapat dikelola dengan baik agar memperoleh hasil yang positif berupa semangat
juang yang tinggi, energi tambahan dan memacu motivasi diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Uray
Johannes & Mahmud Yunus.1991.Psikologi Olahraga. Malang: IKIP Malang
J.S.
Husdarta. 2010. Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta